Kenikmatan Berburu Uang Kuno

Pesona uang kuno di mata kolektor bisa diibaratkan seperti sebongkah emas. (foto:dok/ist)

sinarharapan.co.id, 27.05.2011 – Uang tidak melulu dipergunakan sebagai alat tukar. Di luar kegunaan utama itu, ada mereka yang doyan berburu uang untuk sekadar dikoleksi. Tentunya, yang lebih banyak dicari adalah uang yang tak lagi beredar, atau biasa disebut uang kuno.

Ya, mengoleksi ragam uang kuno sudah cukup lama menjadi hobi yang menarik untuk dilakoni. Demi melengkapi seri koleksi uangnya, berbagai cara dilakukan para kolektor uang kuno. Tidak jarang para kolektor uang kuno, yang merupakan bagian dari benda Numismatika, rela meluangkan waktunya ke banyak tempat. Bahkan, sampai harus mencarinya dengan mengikuti lelang ataupun berburu ke tukang loak.

Pesona uang kuno di mata kolektor bisa diibaratkan seperti sebongkah emas. Bagi mereka, mendapatkan uang yang diincarnya bisa memunculkan kepuasan batin. Tak mengherankan jika para penghobi ini tidak akan berpikir panjang untuk membayar mereka yang punya uang kuno dan berniat menjualnya. Keadaan menguntungkan ini pula yang kemudian memunculkan banyak pedagang uang kuno.

Sebetulnya, ada beberapa alasan yang cukup logis kenapa mengoleksi uang kuno bisa berkembang menjadi kegiatan yang tidak pernah kehilangan pamor di mata para penggemarnya. Selain kepuasan batin, mereka menganggap koleksi uang kuno adalah salah satu alternatif dalam berinvestasi.

Hanya saja, tidak semua kolektor uang kuno berniat menjual koleksinya sewaktu harga tinggi. Ada pula dari mereka yang menghayati kegemaran mencari dan menyimpan uang kuno untuk memahami nilai sejarah yang terkandung di dalamnya.

Seperti yang dilakukan Muhammad Zacky (30) pada ratusan uang kertas dan logam koleksinya. Pria yang melakoni pekerjaan di bidang seni tersebut mengaku mengoleksi uang kuno karena ketertarikannya mengetahui ragam bentuk dan corak uang resmi yang dipakai di masa lampau. “Terutama uang yang beredar di Tanah Air, sebelum Perang Dunia ke II”, kata Zacky ketika ditemui di kawasan Cempaka Putih, Jakarta, baru-baru ini.

Nilai Sejarahnya

Zacky mengaku mulai jatuh cinta pada uang kuno sejak 2009. Pengalaman pertama ketika mendapatkan uang kuno di salah satu toko loak di kawasan Jatinegara, serta merta membuatnya ketagihan berburu uang kuno. Salah satu koleksi uang kuno pertama yang didapatkannya yakni uang kuno kertas bergambar Jan Pieterszoon Coen cetakan 1928. Kini, setidaknya ragam pecahan uang seri Coen sudah banyak dimilikinya.

“Ketertarikan saya pada uang kuno karena pada dasarnya saya menyukai sejarah. Jadi, saya sama sekali belum terpikir untuk menjual apa yang sudah saya dapatkan ini”, ujar Zacky. Untuk ragam koin kuno, Zacky sempat menunjukkan koin cetakan VOC (Vereenigde Oostindische Compagnie) yang terbit tahun 1732.

Meskipun sudah memiliki ratusan uang kuno, baik koin maupun kertas, yang tersusun rapi dalam beberapa album, Zacky mengaku belum puas akan kuantitas koleksinya. Memang terkadang dia juga bisa mendapatkan uang kuno dengan cara barter dengan sesama penghobi. Tetapi, karena kesempatan itu tidak selalu didapatkannya, sampai saat ini ia pun masih rajin menyiapkan dana khusus dari pendapatannya tiap bulan untuk berburu uang kuno.

Untuk soal harga uang kuno tidak selalu tergantung pada lama tahun terbitannya, tetapi juga tergantung pada kelangkaannya di pasaran. Untuk hal ini, Zacky juga merasakannya. Ia mencontohkan, seri Hewan 1957 sebagai salah satu seri uang kuno yang langka di pasaran. Waktu itu, seri tersebut hanya beredar beberapa hari, kemudian ditarik kembali.

“Seri hewan cukup langka. Harganya pun terbilang cukup mahal, bisa mencapai jutaan rupiah,ungkap Zacky. Selain itu, kondisi uang yang rusak atau sudah tidak sempurna seperti ketika baru beredar dari bank, akan mengurangi nilainya. Tingkatan kualitas itu juga yang akan memengaruhi nilai uang ketika lelang. (CR-16)